Katak Gardiner Seychelles bukan cuma salah satu amfibi terkecil di dunia, namun juga salah satu hewan yang unik. Katak ini tidak punya telinga, namun bisa mendengar.
Kok bisa ya?
Katak Gardiner Seychelles bisa mendengar dengan cara yang berbeda dibanding hewan pada umumnya. Ia tidak memiliki alat pendengaran berupa membran timfani dan tulang pendengaran, sedangkan jenis katak lain memiliki membran timfani yang langsung terdapat di bawah kulit.
Sebuah tim peneliti dari berbagai universitas di Perancis menguji jangkauan pendengaran Seychelles. Mereka menempatkan katak tersebut di sebuah ruangan, kemudian melalui sebuah speaker diputarkan suara panggilan katak yang telah direkam sebelumnya. Ternyata katak itu menanggapi panggilan tersebut. Jadi ini menandakan ia bisa mendengar.
Anehnya ketika para ilmuwan tersebut meneliti melalui foto sinar X, diketahui bahwa tulang-tulang katak tersebut juga tidak bisa menghantar suara atau getaran seperti tulang manusia. Untuk diketahui bahwa tulang manusia bisa menghantarkan suara. Gak percaya? Coba garuk kepala kamu, dan kamu akan mendengar suara garukan itu.
Akhirnya para ilmuwan tersebut menebak: mungkin katak tersebut bisa mendengar dengan mengarahkan getaran suara melalui mulutnya dan disalurkan ke telinga dalam yang berupa sebuah rongga dalam tulang tengkoraknya, dimana getaran suara tersebut akhirnya bergema.
Untuk membuktikannya dilakukan sebuah simulasi (sayangnya tidak dijelaskan gimana simulasinya), dan ternyata dugaan itu benar. Katak itu memang mendengar dengan cara tersebut.
Katak Seychelles ini hanya dapat ditemukan di beberapa pulau di Seychelles, sebuah tempat di lepas pantai Madagaskar. Diduga, mekanisme pendengaran katak tersebut merupakan hasil evolusi karena tempat hidupnya yang sangat terpencil, sehingga jarang mendengar suara. Ini sesuai dengan teori “use and disuse” menurut Lamarck bahwa organ yang jarang atau tidak pernah digunakan lama-lama akan mengecil (rudimenter) atau menghilang.