Tujuan
Mengamati sel epithelium mukosa pipi manusia.
Alat dan Bahan
- Cotton budd/spatula
- Mikroskop, kaca preparat, kaca penutup
- Jarum pentul
- Pipet tetes
- Larutan metilen blue
Cara Kerja
- Koreklah bagian dalam pipi menggunakan cotton budd atau spatula, kemudian oleskan di atas kaca preparat. Usahakan jangan sampai serat kapas cotton budd tertinggal pada kaca preparat!
- Teteskan dua tetes larutan metilen biru di atas olesan sampel preparat, lalu tutup dengan kaca penutup.
- Amati dengan mikroskop.
- Diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut dengan kelompokmu!
Diskusi
- Bagaimana bentuk dan susunan sel pipi yang kalian amati?
- Dapatkah kalian mengamati nukleus sel pipi pada percobaan tersebut?
- Bagaimana bentuk umum sel itu?
- Gambar dan tuliskan bagian–bagian sel yang sedang kalian amati, misalnya membran sel, sitoplasma, protoplasma, dan nukleus!
- Jelaskan persamaan dan perbedaan yang terdapat pada sel bawang dengan sel mukosa pipi!
Hasil pengamatan
Bergantung pada cara kerja, pewarnaan, dan kualitas mikroskop, kira-kira hasil pengamatannya seperti ini.
Epithel pipi, pewarnaan metilen blue, 100x. Tampak inti di tengah sel berwarna biru dan organel sel tidak tampak.
Epithel pipi, pewarnaan metilen blue, 400x. Tampak inti di tengah sel berwarna biru dan organel sel tampak sebagai granula biru (bintik-bintik)
Epithel pipi, tanpa pewarnaan, 600x. Tampak inti di tengah sel dan organel sel tampak sebagai granula (bintik-bintik)
Jawaban pertanyaan
- Bentuknya pipih lebar seperti sisik (squamosa) dengan inti di tengah.
- Bisa. Inti sel tampak berupa bulatan kecil di tengah sel berwarna biru karena pewarnaan metilen blue.
- Bentuk umumnya pipih dan tipis seperti sisik (squamosa)
- (silahkan kerjakan sendiri, hi hi hi …)
- Pada pengamatan sel bawang merah dan sel mukosa pipi yang tampak jelas adalah inti sel.
- Organel sel tidak dapat teramati dengan jelas
- Sel bawang merah adalah sel tumbuhan, sel mukosa pipi adalah sel hewan
- Pada pengamatan sel bawang merah tampak jelas inti sel dan dinding sel. Sedangkan pengamatan sel mukosa pipi tampak jelas inti sel dan membran sel.
Persamaan | |
Perbedaan | |
Tujuan
Mengamati struktur sel-sel epidermis pada bawang merah.
Alat dan Bahan
- Mikroskop
- Kaca preparat
- Kaca penutup
- Jarum
- Tisu
- Pinset
- Pipet tetes
- Bawang merah
- Yodium/betadine
Cara Kerja
- Kupas lapisan epidermis yaitu siung dari bawang merah menggunakan pisau dan pinset! Cara yang gampang lihat gambar! Potonglah sebagian kecil bawang merah, kemudiah patahkan. Lepaskan lapisan epidermis yang tersisa.
- Letakkan di atas kaca preparat, beri setetes air, tutup dengan kaca penutup. Gunakan jarum bedah untuk menghilangkan gelembung udara pada preparat!
- Amatilah sel epidermis dengan mikroskop.
- Beri setetes larutan yodium untuk mewarnai sel dengan menggunakan teknik pengairan. (teteskan sedikit yodium pada bagian tepi kaca penutup, lalu buang kelebihannya dengan tisu)
- Gambar dan beri warna bagian–bagian sel seperti dinding sel, membran sel, sitoplasma, nukleus, dan vakuola sel!
Diskusi
- Bagaimanakah bentuk dan warna sel epidermis bawang merah yang sedang kalian amati?
- Organel apa saja yang dapat diamati pada sel epidermis bawang merah dalam pengamatan ini?
Hasil pengamatan
Bergantung pada cara kerja, kualitas dan kondisi mikroskop, serta teknik pewarnaannya, hasil pengamatan sel-sel epidermis bawang merah kira-kira seperti screenshot di bawah ini.
Pewarnaan epidermis bawang merah menggunakan yodium pada perbesaran 100x. Tampak bulatan kecil di tengah sel adalah inti sel. Organel lain di dalam sel tidak tampak dengan perbesaran ini, atau hanya dengan pewarnaan yodium.
Pewarnaan epidermis bawang merah menggunakan metilen blue pada perbesaran 400x. Tampak bulatan kecil di tengah sel adalah inti sel. Organel lain di dalam sel yang masih mungkin tampak adalah vakuola. Organel sel lain tidak tampak hanya dengan pewarnaan ini.
Epidermis bawang merah tanpa pewarnaan pada perbesaran 100x. Organel sel dan inti tidak tampak tanpa pewarnaan.
Pewarnaan epidermis bawang merah menggunakan metilen blue pada perbesaran 450x. Tampak bulatan kecil di tengah sel adalah inti sel. Organel lain yang masih mungkin tampak adalah vakuola.
Mungkin Anda pernah bingung dengan suatu nama alat laboratorium, tetapi ketika melihat ujudnya Anda bilang,”Oalah, itu to?”.
Anak SMA paling sering menderita penyakit seperti itu. Untuk mengingatkan kembali, silahkan melihat-lihat gambar berikut supaya Anda mengenal dengan baik beberapa alat-alat laboratorium yang umum.
Menulis laporan praktikum Biologi, sebenarnya merupakan dasar berlatih menulis laporan penelitian. Jadi sebaiknya dalam membuat laporan dibiasakan menggunakan format yang lengkap dan formal, mulai dari latarbelakang masalah hingga penarikan kesimpulan.
Sayangnya para siswa masih sering bingung dengan format laporan praktikum yang harus diserahkan kepada guru mereka. Apalagi jika sang guru tidak memberi contoh atau menginstruksikan mengenai format pembuatan laporan. Alhasil laporan praktikum hanya berupa selembar kertas yang berisi catatan pengamatan dan jawaban atas soal yang diberikan.
Dengan sedikit upaya siswa bisa memperoleh nilai yang lebih bagus jika laporan praktikum dibuat menggunakan format formal dengan layout yang baik. Jadi, meskipun guru tidak memberi informasi apa pun mengenai format laporan, tetap buatlah laporan praktikum dengan format resmi menurut tatacara penulisan ilmiah. Ini akan membuat laporan Anda berbeda dari yang lain.
Berikut ini contoh format laporan praktikum Biologi yang menurut saya baik dan lengkap. Silahkan simak dan sesuaikan dengan tema praktikum Anda.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995).
… dst …
Latarbelakang berisi dasar teori singkat yang berisi penjelasan ringkas mengenai konsep yang relevan/berhubungan dengan tema praktikum, atau sesuatu yang mendorong mengapa kamu melakukan praktikum tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan percobaan tentang fotosintesis ini adalah untuk:
- membuktikan bahwa dalam fotosintesis dihasilkan oksigen (O2)
- mengamati pengaruh cahaya dan CO2 terhadap pembentukan oksigen pada proses fotosintesis
- mengetahui ada tidaknya simpanan amilum dalam jaringan daun yang diberi perlakuan cahaya matahari berbeda
… dst …
Tujuan berisi konsep yang apa diuji atau yang ingin diketahui atau hasil yang diharapkan dalam praktikum.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum fotosintesis ini berlangsung pada hari Senin tanggal 15 … dst …
2.2 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum tentang fotosintesis ini adalah beaker glass, corong kaca, tabung reaksi, cawan petri, lampu spiritus/kompor, … dst …
2.3 Prosedur kerja
Fotosintesis
1. Dimasukkan beberapa cabang Hydrilla verticillata yang sehat sepanjang kira-kira 15 cm … dst …
Metode praktikum berisi tentang uraian prosedur kerja, alat dan bahan, waktu pelaksanaan praktikum, tim/kelompok praktikum dsb.
… dst …
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan berisi catatan hasil praktikum. Data yang dicatat bisa berupa data numerik (angka) atau pengamatan terhadap suatu peristiwa. Untuk mempermudah biasanya dituangkan dalam bentuk tabel.
3.2 Pembahasan
Pada percobaan tentang proses fotosintesis, Hydrilla verticillata dengan panjang yang telah ditentukan dimasukkan ke dalam corong kaca yang ditutup dengan tabung reaksi dan kemudian ke dalam beaker glass yang berisi air sampai penuh, apabila dilakukan perlakuan dengan memberikan cahaya pada Hydrilla verticillata tersebut akan menghasilkan gelembung udara yang banyak, … dst …
Pembahasan berisi tentang uraian hasil praktikum. Pembahasan ini umumnya bisa dipermudah dengan mensinkronkan antara hasil eksperimen dengan teori. Tidak masalah jika hasil praktek sesuai dengan teori. Yang jadi persoalan bila hasil praktikum tidak sesuai dengan teori. Kasus ini sering disebut dengan anomali praktikum.
Untuk menghindari masalah ini rancanglah prosedur percobaan dengan baik dan cermat. Selain itu Anda juga harus memahami benar mengenai variabel bebas, variabel terikat, variabel kontrol, serta faktor lain yang kiranya bisa menyebabkan munculnya anomali tersebut.
Untuk lebih jelas lagi silahkan baca di sini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fotosintesis adalah suatu proses metabolisme dalam tanaman untuk membentuk karbohidrat dengan memakai karbondioksida (CO2) dari udara dan air (H2O) dari dalam tanah … dst …
Kesimpulan berisi penegasan konsep hasil praktikum secara singkat, dan disesuaikan dengan tujuan praktikum dengan berlandaskan hasil eksperimen. Jika tujuan praktikum ada lima item misalnya, maka kesimpulan bisa ditarik berdasarkan setiap item tujuan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar literatur yang digunakan sebagai acuan dasar teori. Anda boleh mencantumkan sumber apa saja di sini, mulai buku, laporan ilmia, maupun artikel pada suatu situs tertentu. Semakin banyak literatur yang relevan dan berkualitas, maka dasar teori Anda semakin bagus.
Jika ada pertanyaan, tambahan, atau koreksi, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga berguna.
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya. Kedua penemuan inilah yang merupakan dasar penciptaan mikroskop elektron. Artikel ini menjelaskan tentang mengenal mikroskop elektron.
Ernst Ruska (1906 – 1988) and Bodo von Borries (1905 – 1956)
Seorang ilmuwan dari universitas Berlin yaitu Dr. Ernst Ruska bersama rekannya, Bodo von Borries, menggabungkan penemuan ini dan membangun mikroskop transmisi elektron (TEM) yang pertama pada tahun 1931. Untuk hasil karyanya ini maka dunia ilmu pengetahuan menganugerahinya hadiah Penghargaan Nobel dalam fisika pada tahun 1986.
Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah dengan menggunakan dua lensa medan magnet, namun tiga tahun kemudian ia menyempurnakan karyanya tersebut dengan menambahkan lensa ketiga dan mendemonstrasikan kinerjanya yang menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada masa itu). Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami peningkatan kinerja hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan pembesaran sampai satu juta kali.
Meskipun banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini, namun adanya persyaratan bahwa obyek yang diamati harus setipis mungkin, membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang memiliki obyek yang tidak dapat dibuat setipis mungkin. Dalam perkembangannya masalah ini terpecahkan dengan ditemukannya sebuah alat yang disebut mikrotom. Dengan alat ini spesimen bisa disayat dengan sangat tipis.
Pembuatan preparat untuk mikroskop elektron
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan preparat. Prinsip penyediaan preparat untuk mikroskop elektron adalah sebagai berikut :
- Melakukan fiksasi : bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. Fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida.
- Pembuatan sayatan : bertujuan untuk memotong spesimen hingga setipis mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom terbuat dari berlian, karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Hasilnya, sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk diletakkan di atas cincin berpetak untuk diamati.
- Pelapisan/pewarnaan : bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
Jenis-jenis mikroskop elektron
Ada banyak macam mikroskop elektron dengan cara kerja yang berbeda pula. Berikut ini adalah jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan saat ini.
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Scanning Transmission Electron Microscopy (STEM) adalah merupakan salah satu tipe yang merupakan hasil pengembangan dari Transmission Electron Microscopy (TEM).
Pada sistem STEM ini, electron menembus spesimen namun sebagaimana halnya dengan cara kerja SEM. Optik elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit dengan memindai obyek menggunakan pola pemindaian dimana obyek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik (dots) yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan oleh CRT pada televisi / monitor.
Mikroskop Pemindai Elektron (SEM)
Scanning Electron Microscopy (SEM) digunakan untuk mengamati detil permukaan sel atau struktur mikroskopik lainnya, dan dan mampu menampilkan pengamatan obyek secara tiga dimensi.
Tidak diketahui secara persis siapa sebenarnya penemu mikroskop pemindai elektron ini. Publikasi pertama kali yang mendiskripsikan teori SEM adalah fisikawan Jerman Dr. Max Knoll pada 1935, meskipun fisikawan Jerman lainnya Dr. Manfred von Ardenne mengklaim dirinya telah melakukan penelitian suatu fenomena yang kemudian disebut SEM hingga tahun 1937. Mungkin karena itu, tidak satu pun dari keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan itu.
Pada 1942 tiga orang ilmuwan Amerika yaitu Dr. Vladimir Kosma Zworykin, Dr. James Hillier, dan Dr. Snijder, membangun sebuah mikroskop elektron metode pemindaian (SEM) dengan resolusi hingga 50 nm atau magnifikasi 8.000 kali. Sebagai perbandingan SEM modern sekarang ini mempunyai resolusi hingga 1 nm atau pembesaran 400.000 kali. Mikroskop elektron ini memfokuskan sinar elektron (electron beam) di permukaan obyek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari permukaan obyek.
Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi.
Mikroskop Elektron Pemindai Lingkungan (ESEM)
Environmental Scanning Electron Microscope (ESEM) ini merupakan pengembangan dari SEM, yang dikembangkan guna mengatasi obyek pengamatan yang tidak memenuhi syarat sebagai obyek TEM maupun SEM.
Obyek yang tidak memenuhi syarat seperti ini biasanya adalah spesimen alami yang ingin diamati secara detil tanpa merusak atau menambah perlakuan yang tidak perlu terhadap obyek, yang apabila menggunakat alat SEM konvensional perlu ditambahkan beberapa trik yang memungkinkan hal tersebut bisa terlaksana.
Teknologi ESEM ini dirintis oleh Gerasimos D. Danilatos, seorang kelahiran Yunani yang bermigrasi ke Australia pada akhir tahun 1972 dan memperoleh gelar Ph.D dari Universitas New South Wales (UNSW) pada tahun 1977 dengan judul disertasi Dynamic Mechanical Properties of Keratin Fibres .
Dr. Danilatos dikenal sebagai pionir dari teknologi ESEM, yang merupakan suatu inovasi besar bagi dunia mikroskop elektron serta merupakan kemajuan fundamental dari ilmu mikroskopi.
Deengan teknologi ESEM ini dimungkinkan bagi seorang peneliti untuk meneliti sebuah objek yang berada pada lingkungan yang menyerupai gas yang betekanan rendah (low-pressure gaseous environments) misalnya pada 10-50 Torr serta tingkat humiditas diatas 100%. Dalam arti kata lain ESEM ini memungkinkan dilakukannya penelitian obyek baik dalam keadaan kering maupun basah.
Sebuah perusahaan di Boston yaitu Electro Scan Corporation pada tahun 1988 (perusahaan ini diambil alih oleh Philips pada tahun 1996- sekarang bernama FEI Company) telah menemukan suatu cara guna menangkap elektron dari obyek untuk mendapatkan gambar dan memproduksi muatan positif dengan cara mendesain sebuah detektor yang dapat menangkap elektron dari suatu obyek dalam suasana tidak vakum sekaligus menjadi produsen ion positif yang akan dihantarkan oleh gas dalam ruang obyek ke permukaan obyek. Beberapa jenis gas telah dicoba untuk menguji teori ini, di antaranya adalah beberapa gas ideal dan gas lain. Namun, yang memberikan hasil gambar yang terbaik hanyalah uap air. Untuk sample dengan karakteristik tertentu uap air kadang kurang memberikan hasil yang maksimum.
Mikroskop refleksi elektron (REM)
Reflection Electron Microscope (REM), adalah mikroskop elektron yang memiliki cara kerja yang serupa dengan cara kerja TEM, namun sistem ini menggunakan deteksi pantulan elektron pada permukaan objek. Tehnik ini secara khusus digunakan dengan menggabungkannya dengan tehnik refleksi difraksi elektron energi tinggi (Reflection High Energy Electron Diffraction) dan tehnik Refleksi pelepasan spektrum energi tinggi (reflection high-energy loss spectrum - RHELS)
Spin-Polarized Low-Energy Electron Microscopy (SPLEEM)
Spin-Polarized Low-Energy Electron Microscopy (SPLEEM) ini adalah merupakan Variasi lain yang dikembangkan dari teknik yang sudah ada sebelumnya, dan digunakan untuk melihat struktur mikro dari medan magnet.
Pembuatan film dengan mikroskop ESEM
Dengan melakukan penambahan peralatan video maka pengamat dapat melakukan pengamatan dengan mikroskop elektron secara terus menerus pada obyek yang hidup.
Sebuah perusahaan film dari Perancis bahkan berhasil merekam kehidupan makhluk kecil dan memfilmkannya secara nyata. Dari beberapa film yang dibuat, film berjudul Cannibal Mites memenangkan beberapa penghargaan di antaranya Edutainment Award (Jepang 1999), Best Scientific Photography Award (Perancis 1999), dan Grand Prix Best Popular and Informative Scientific Film (Perancis 1999). Film ini ditayangkan juga di stasiun televisi Zweites Deutsches Fernsehen Jerman, Discovery Channel di AS dan Britania Raya. Kini perusahaan yang sama tengah menggarap film seri berjudul "Fly Wars" yang rata-rata memakai sekitar lima menit pengambilan gambar dengan ESEM Pada film tersebut dapat dilihat dengan detail setiap lembar bulu yang dimiliki lalat dalam pertempurannya.
Source: rewrite from Wikipedia
Sering para siswa SMA masih bingung jika dihadapkan pada pertanyaan mengenai disain praktikum. Sebenarnya disain praktikum ini merupakan penerapan tentang konsep langkah-langkah pemecahan masalah secara ilmiah. Di perguruan tinggi mata kuliahnya sering disebut Metodologi Penelitian. Artikel singkat ini membahas tentang dasar-dasar pelaksanaan praktikum Biologi.
Supaya lebih gampang memahaminya, saya mengambil contoh tentang praktikum mengenai pertumbuhan kecambah.
Dasar-dasar pelaksanaan praktikum Biologi
Semisal Anda ingin mencoba meneliti pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan biji kacang hijau. Perubahan kondisi yang akan diamati adalah kecepatan pertumbuhan/perkecambahan biji kacang hijau, dengan membandingkan kecepatan pertumbuhan antara perkecambahan biji yang diberi pupuk dengan perkecambahan biji yang tidak diberi pupuk.
Anda dapat merumuskan suatu masalah, misalnya: '”Adakah pengaruh pupuk terhadap kecepatan perkecambahan biji kacang hijau?” Dari rumusan masalah ini kemudian bisa disusun hipotesis (dugaan sementara) misalnya: “Ada pengaruh pemberian pupuk terhadap kecepatan perkecambahan biji kacang hijau”. Setelah menyusun rumusan masalah dan hipotesis, barulah melaksanakan eksperimen.
Biasanya, setelah Anda merumuskan masalah, langkah berikutnya sebelum menyusun hipotesis dan melakukan eksperimen adalah mencari informasi atau literatur yang berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan masalah yang hendak dipecahkan. Misalnya saja Anda mencari literatur tentang pupuk, tentang tanaman kacang hijau, tentang proses perkecambahan, dan sebagainya. Langkah ini merupakan bagian observasi untuk mencari data.
Untuk melakukan eksperimen dengan contoh di atas, alat dan bahan utama yang diperlukan adalah biji kacang hijau, pot, tanah, pupuk, air, cetok, timbangan, sendok, gelas/mangkuk, dll. Silahkan tentukan sendiri.
Menentukan variabel dalam eksperimen
Hal penting dalam persiapan metodologis untuk menguji hipotesis penelitian adalah mengidentifikasi variabel-variabel apa saja yang terlibat. Semakin sederhana suatu rancangan penelitian maka semakin sedikit variabel-variabel yang terlibat, begitu juga sebaliknya.
Secara garis besar, variabel penelitian terbagi menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas ialah variabel penelitian yang berupa perlakuan yang dikenakan terhadap sampel eksperimen. Pada contoh ini variabel bebasnya adalah pemberian pupuk, termasuk pula perbedaan konsentrasi pupuk yang diberikan.
Variabel terikat ialah variabel penelitian berupa kejadian atau hasil yang muncul akibat variabel bebas. Pada kasus ini variabel terikatnya adalah kecepatan perkecambahan biji kacang hijau.
Agar lebih jelas cermatilah tabel berikut, bandingkan dengan rumusan masalah yang telah dibuat di atas.
Pertanyaan | Variabel Bebas | Kata Penghubung | Variabel Terikat | Objek |
Adakah pengaruh | pemberian pupuk | terhadap | kecepatan perkecambahan | biji kacang hijau |
Selain kedua variabel di atas, biasanya ada satu variabel lagi yang disebut variabel kontrol. Variabel kontrol adalah segala faktor pada suatu disain eksperimen yang harus dibuat sama. Jika dalam suatu eksperimen akan dibuktikan pengaruh pupuk, maka pengaruh faktor lain harus dikendalikan, yaitu dengan cara memberikan faktor (variabel) pada semua kelompok perlakuan yang sama. Misalnya, pemberian air, besarnya pot, banyak tanah, jenis biji, cahaya matahari, dan sebagainya semuanya harus diperlakukan sama.
Mengapa harus begitu? Supaya hasil eksperimen menghasilkan data yang valid. Jika yang diteliti adalah pengaruh pupuk, maka hasil penelitian harus benar-benar menunjukkan pengaruh pupuk, dan bukan karena pengaruh faktor lain. Jadi ini untuk menghindari kesalahan yang tidak disengaja.
Setelah pelaksanaan eksperimen umpamanya saja Anda memiliki data seperti tabel berikut ini.
Konsentrasi pupuk | Biji A (mm) | Biji B (mm) | Biji C (mm) | Rata-rata (mm) |
0% | 2 | 3 | 4 | 3 |
Dari data yang telah dicatat tersebut, selanjutnya Anda akan membuat suatu uraian berupa analisa data atau diskusi mengenai eksperimen yang telah dilakukan, termasuk didalamnya membuat grafik yang menunjukkan perbedaan pertumbuhan kecambah biji kacang hijau karena perbedaan konsentrasi pupuk.
Dalam analisa data ini pula Anda harus menjawab atau membuat penjelasan jika terdapat anomali (keanehan data yang tidak sesuai teori). Misalnya saja ada data yang menunjukkan kecepatan pertumbuhan kecambah yang sama padahal diberi konsentrasi pupuk yang berbeda. Bukankah ini aneh?
Terus terang saja kasus kemunculan anomali ini sering terjadi pada hasil praktikum para siswa. Lantas solusinya membuat penjelasannya bagaimana? Anda harus teliti kembali secara urut mulai langkah penentuan variabel hingga pelaksanaan eksperimen selesai. Adakah langkah-langkah yang keliru di sana? Lalu crosscheck kembali dengan teori literatur atau diskusikan dengan teman atau tutor Anda. Mau diskusi di blog ini juga boleh.
Sebagai langkah terakhir dari eksperimen ini adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil dari eksperimen. Kemungkinan kesimpulan pertama, hipotesis ditolak jika dugaan sementara tidak sesuai dengan hasil eksperimen. Apabila hipotesis diterima, berarti dugaan sementara sesuai dengan hasil eksperimen.
Manakah hasil eksperimen yang baik, jika hipotesis ditolak atau diterima? Semua hasil eksperimen dikatakan baik jika dilakukan dengan prosedur secara ilmiah. Tidak jadi masalah apakah hasil eksperimen mendukung hipotesis atau tidak. Yang lebih penting adalah apakah Anda sudah merancang langkah-langkah eksperimen tersebut berdasar prosedur ilmiah. Karena berdasar prosedur itulah suatu penelitian ilmiah layak dipercaya atau tidak.
Nah, jika Anda bisa melaksanakan langkah-langkah yang diuraikan di atas sebenarnyalah Anda telah melakukan metode ilmiah yang urutannya seperti ini:
- Merumuskan masalah
- Melakukan observasi
- Menyusun hipotesis
- Melaksanakan eksperimen
- Menarik kesimpulan
Sub Topik
- Morfologi Tumbuhan
- Anatomi Tumbuhan
- Taksonomi Tumbuhan
Kemampuan Dasar :
- Mengumpulkan ciri-ciri morfologi dan anatomi dari tumbuhan
- Mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan ciri-ciri morfologi dan anatomi yang tampak
- Mengklasifikasi tumbuhan berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak
Tujuan Praktikum :
- Mengumpulkan ciri-ciri morfologi tumbuhan
- Mengumpulkan ciri-ciri anatomi tumbuhan
- Mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan persamaan ciri morfologi yang tampak
- Mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan persamaan ciri anatomi yang tampak
- Mengklasifikasi tumbuhan berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak
Kerangka Teori
Morfologi Tumbuhan
Morfologi Tumbuhan adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang bentuk-bentuk organ tubuh tumbuhan beserta fungsinya. Secara umum, organ tubuh tumbuhan terbagi atas 3 bagian utama yaitu :- Akar,
- Batang dan
- Daun
a. Bunga,
b. Buah,
c. Biji,
d. Duri, dan
e. Umbi
Bunga, Buah dan Biji merupakan organ reproduksi, sehingga diperlukan jika proses reproduksi berlangsung.
Anatomi Tumbuhan
Anatomi Tumbuhan adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang organ-organ bagian dalam tubuh tumbuhan, sehingga dalam pengamatan diperlukan membuka organ tubuh tumbuhan. Setiap tubuh bagian dalam tubuh tumbuhan biasanya memiliki perbedaan tempat dari organ-organ tubuh tersebut, sehingga keadaan seperti ini dapat dijadikan salah satu faktor pembeda dalam kegiatan identifikasi tumbuhan.Taksonomi Tumbuhan
Taksonomi tumbuhan adalah sebuah ilmu yang mengkhususkan diri dalam kegiatan identifikasi tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi tumbuhan-tumbuhan baru. Kegiatan ini sangat dipengaruhi dari keadaan morfologi dan anatomi dari tumbuhan yang dimaksud. Karena, Klasifikasi Tumbuhan adalah proses penempatan tumbuhan ke dalam tingkatannya masing-masing berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak, baik dari sisi morfologi ataupun dari segi anatominya.Dalam taksonomi tumbuhan kita akan mengenal 7 tingkatan takson, yang agak sedikit berbeda dengan klasifikasi hewan. Ketujuh tingkatan takson tumbuhan tersebut antara lain :
- REGNUM/KINGDOM (Kerajaan)
- DIVISIO
- CLASS
- ORDO
- FAMILY
- GENUS
- SPECIES
Dalam penulisan nama ilmiah ada beberapa acuan pokok yang wajib untuk dipenuhi :
1. Menggunakan bahasa latin
2. Menggunakan penamaan dengan 2 suku kata seperti Psidium guajava
- Kata pertama mengacu pada nama genus dari tumbuhan yang dimaksud, sedangkan
- Kata kedua mengacu kepada nama species yang diamati
4. Nama harus dicetak miring atau diberikan garis bawah, misalnya Psidium guajava atau Psidium guajava5. Pada umumnya penemu membubuhkan inisial pada akhir dari nama ilmiah, seperti Oryza sativa L. L yang dimaksudkan disini adalah Linneaus sebagai penghormatan kepada beliau.
6. Huruf pertama dari nama, atau huruf pertama dari genus adalah huruf besar sedangkan yang lainnya adalah huruf kecil. Seperti : Zea mays
Dalam pemberian nama tersebut diperlukan panduan untuk pemberian nama dan peletakkan kedalam klasifikasinya. Panduan disebut adalah buku dikotomi. jika kita mencontohkan sebuah tanaman padi yang akan kita taksonomi, maka akan terlihat seperti berikut :
- Regnum : Plantae
- Divisio : Spermatophyta
- Class : Angiospermae
- Bangsa : Monokotil
- Family : Germinae
- Genus : Oryza
- Species : Oryza sativa L
Alat dan Bahan
Alat :
- Kertas A4
- Pensil
- Penghapus
- Mistar
- LUP (Kaca Pembesar)
- Buku Dikotomi
Bahan :
- 1 buah tumbuhan padi lengkap (akar, batang dan daun)
- 1 buah contoh batang dan daun dari tumbuhan jambu (Psidium guajava)
- 1 buah contoh daun dari tumbuhan bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
- 1 buah contoh biji dari tanaman Kopi
Prosedur Kerja
- Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
- Siapkan tanaman padi diatas meja, amati kemudian gambar serta berilah keterangan pada gambar tersebut.
- Amati dan diskusikan dengan teman-temanmu ciri-ciri morfologi dari tanaman padi tersebut baik akar, batang dan daunnya.
- Catatlah ciri-ciri morfologi yang menjadi ciri khas dari tanaman padi.
- Bongkarlah tanaman padi tersebut dengan cara mengelupas satu-persatu bagian tubuh padi.
- Gambarlah bagian-bagian anatomi dari tanaman padi serta berilah keterangan.
- Amati dan diskusikanlah dengan teman-temanmu bagian anatomi yang menjadi ciri khas padi.
- Ulangi langkah 2 hingga 7 pada tumbuhan jambu, bungan kembang sepatu serta kopi.
- Bandingkanlah ciri-ciri morfologi dan anatomi keempat tumbuhan tersebut.
Tugas Kelompok
Buatlah taksonomi dari tumbuhan yang telah kalian amati, yaitu :- Padi
- Jambu Biji
- Bunga Kembang Sepatu
- Kopi
Pertanyaan
- Tuliskan ciri-ciri apa saja baik morfologi maupun anatomi dari tumbuhan yang telah kalian amati.
- Bagaimana pendapat kalian tentang fungsi dari ciri-ciri morfologi maupun anatomi tersebut dalam kehidupan tumbuhan-tumbuhan tersebut.
- Dengan cara apa kalian dapat menempatkan tumbuhan-tumbuhan tersebut ke dalam tingkatannya masing-masing
- Apa peran dari ciri-ciri morfologi dan anatomi dalam kegiatan taksonomi.
Tugas Perorangan
- Buatlah laporan praktikum dari hasil praktek yang telah kalian laksanakan
- Presentasikan
Kamu telah tahu bahwa sebuah mikroskop memiliki dua macam lensa, yaitu lensa okuler dan lensa objektif. Untuk menghitung perbesaran total suatu mikroskop, cukup kalikan:
perbesaran objektif x perbesaran okuler = perbesaran total
Misalnya:
10 x 8 = 80X
10 x 12,5 = 125X
40 x 8 = 320X
40 x 12,5 = 500X
Lantas bagaimana caranya mengetahui ukuran sel yang kita amati dengan mikroskop cahaya? Sebenarnya caranya gampang. Hanya saja cara ini tidak dapat digunakan untuk mengukur panjang suatu sel dengan tepat. Jadi hanya merupakan prakiraan saja. Berikut ini adalah cara mengukur panjang sel pada pengamatan dengan mikroskop cahaya.
Cara mengukur panjang sel pada pengamatan dengan mikroskop cahaya
- Siapkan sebuah penggaris dari bahan plastik yang bagus dan bersih.
- Lihatlah lensa obyektif pada mikroskop yang terdapat pada revolver. Umumnya ada empat lensa di sana dengan perbesaran masing-masing 4X, 10X, 40X, dan mungkin ada yang 100X. Gunakan lensa obyektif 10X dulu.
- Setelah menyesuaikan intensitas cahaya dengan mengatur cermin dan diafragma, tempatkan penggaris plastik tadi pada meja mikroskop di bawah lensa obyektif dan aturlah fokusnya sehingga garis-garis mistar tampak jelas. Ukurlah diameter lapangan pandang mikroskop dengan mengatur batas mistar sedemikian rupa. Umumnya hasil pengukuranmu sekitar 1,4 mm – 1,5 mm, tetapi bisa juga bervariasi bergantung jenis mikroskopnya. Ingatlah bahwa 1 mm = 1.000 micron. Jadi misalnya 1,4 mm = 1.400 micron. Catatlah diameter lapangan pandang yang telah kamu ukur. (lihat gambar di bawah)
- Sekarang tempatkan preparat yang akan diamati. Aturlah fokus dan cahaya dengan baik sehingga preparat bisa diamati dengan mikroskop secara jelas. Cobalah hitung ada berapa sel mulai batas lapangan pandang sebelah kiri hingga batas lapangan pandang sebelah kanan. Misalnya preparat yang kamu amati ada 8 sel, diameter lapangan pandang yang kamu ukur adalah 1,4 mm, maka panjang setiap sel = (1,4 x 1.000) / 8 = 175 micron. Jadi panjang setiap sel sekitar 175 micron.
Berikut ini tabel perkiraan diameter lapangan pandang mikroskop cahaya.
Lensa Obyektif | Diameter lapangan pandang (prakiraan) | Perbesaran (lensa okuler 10X) |
4x | 4.0 mm (4.45) | 40x |
10x | 2.0 mm (1.78) | 100x |
40x | 0.4 mm (0.45) | 400x |
100x | 0.2 mm (0.178) | 1000x |
Lihat gambar berikut.
Itu adalah lapangan pandang mikroskop saat mengamati sel-sel bawang merah. Misalnya diameter pandang tersebut 2 mm dan diamati dengan lensa obyektif 10X, berapakah perkiraan panjang satu sel bawang merah?
Lapangan pandang pada perbesaran 40X
Jika kamu mengganti lensa obyektif dari 10X menjadi 40X maka lapangan pandang mikroskop menjadi seperempat kali (1/4X) lebih kecil. Mengapa? Ingat 10X / 40X = 1/4. Bila diameter lapangan pandang pada perbesaran 10X adalah 1.400 micron, maka diameter lapangan pandang pada perbesaran 40X adalah 1.400/4 = 350 micron. Jadi diameter lapangan pandang pada perbesaran 40X = 350 micron.
Silahkan jika ada pertanyaan atau komentar.
Setelah mengenal bagian-bagian mikroskop dan fungsinya, sekarang saya sharing cara menggunakan mikroksop yang benar. Petunjuk ini saya ambilkan dari Pustekkom Depdiknas.
Berikut ini cara menggunakan mikroskop yang benar.
1. Letakkan mikroskop di atas meja dengan cara memegang lengan mikroskop sedemikian rupa sehingga mikroskop berada persis di hadapan pemakai ! | |
2. Putar revolver sehingga lensa obyektif dengan perbesaran lemah berada pada posisi satu poros dengan lensa okuler yang ditandai bunyi ‘klik’ pada revolver. | |
3. Aturlah cermin dan diafragma untuk melihat kekuatan cahaya masuk, hingga dari lensa okuler tampak terang berbentuk bulat (lapang pandang). | |
4. Tempatkan preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat dan jepit dengan penjepit obyek/benda! | |
5. Aturlah fokus untuk memperjelas gambar | |
6. Apabila bayangan obyek sudah ditemukan, maka untuk memperbesar gantilah lensa obyektif dengan ukuran dari 10 X,40 X atau 100 X, dengan cara memutar revolver hingga bunyi klik. |
Apabila telah selesai menggunakan, bersihkan mikroskop dan simpanlah kembali ke dalam almari atau pada tempat yang tidak lembab.
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda mikroskopik/renik yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebelum praktikum menggunakan mikroskop, siswa harus paham bagian-bagian dan fungsi mikroskop. Artikel ini membahas mengenai mengenal bagian-bagian mikroskop dan fungsinya.
Ada bermacam-macam jenis dan bentuk mikroskop. Mikroskop cahaya adalah mikroskop paling sederhana yang dapat digunakan untuk memperbesar citra hingga puluhan kali. Mikroskop elektron adalah mikroskop yang menghasilkan citra beresolusi tinggi hingga ribuan kali.
Mengenal bagian-bagian mikroskop dan fungsinya
Mikroskop cahaya modern yang biasa digunakan di sekolah memiliki bagian utama berupa lensa objektif yang letaknya dekat dengan obyek yang akan diamati. Lensa obyektif melekat pada bagian yang disebut revolver. Revolver ini dapat diputar, dan berguna sebagai alat pemindah lensa.
Jenis lensa yang lain adalah lensa okuler terletak dekat dengan mata pada saat mikroskop digunakan. Lensa obyektif ada beberapa buah, dan memiliki pembesaran masing-masing 5X, 10X, 45X, dan 100X. Sedangkan lensa okuler hanya 1 buah atau 2 buah, dan mempunyai pembesaran 5X, 10X, atau 15X. Kedua lensa pada mikroskop dihubungkan oleh suatu bagian berbentuk tabung. Mikroskop yang memiliki sebuah lensa okuler, disebut mikroskop monokuler. Mikroskop yang memiliki dua lensa okuler, dinamakan mikroskop binokuler.
Mikroskop binokuler, monokuler, dan mikroskop elektron
Contoh image beresolusi tinggi hasil scanning mikroskop elektron bisa dilihat di sini.
Untuk mengatur jarak objek dengan lensa sehingga diperoleh bayangan yang jelas, lensa objektif dapat dinaikkan menjauhi objek ataupun diturunkan mendekati objek. Untuk menggerakkan lensa objektif ini digunakan bagian mikroskop yang disebut pemutar. Ada dua macam pemutar yaitu pemutar halus dan pemutar kasar. Pemutar halus digunakan untuk menggerakkan lensa objektif secara pelan, sedangkan pemutar kasar digunakan untuk menggerakkan lensa objektif secara cepat.
Bagian-bagian mikroskop dan fungsinya
Berikut ini ditunjukkan bagian-bagian mikroskop.
- A. Lensa okuler = lensa yang dilihat/diintip
- B. Tabung mikroskop = bagian yang menghubungkan lensa okuler dengan lensa obyektif
- C. Revolver = pemutar yang digunakan untuk mengubah perbesaran lensa obyektif
- D. Lensa objektif perbesaran lemah
- E. Lensa objektif perbesaran kuat
- F. Meja mikroskop = tempat meletakkan specimen / preparat yang diamati
- G. Klip = penjepit object glass
- H. Kaki mikroskop
- I. Cermin = memantulkan cahaya pada lensa obyektif agar pengamatan preparat lebih jelas
- J. Diafragma = bagian yang digunakan untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke lensa obyektif
- K. Lengan mikroskop atau pegangan
- L. Pemutar halus = bagian yang digunakan untuk menggerakkan (menjauhkan/mendekatkan) lensa obyektif terhadap preparat secara pelan/halus
- M. Pemutar kasar = bagian yang digunakan untuk menggerakkan (menjauhkan/mendekatkan) lensa obyektif terhadap preparat secara cepat